Kamis, 03 November 2011

Pemuda dan Sosialisasi (ISD - Bab 4)

Seks Bebas Pada Remaja

Masa remaja merupakan masa pengalihan atau masa transisi dimana pada masa ini adalah fase perubahan dari fase anak-anak menjadi dewasa. Pada fase ini remaja biasanya lemah dalam penggunaan nilai-nilai, norma dan kepercayaan, labil, serba ingin tahu dan terdakang kurang bisa mengendalikan emosi maka kecenderungan yang ada mereka lebih suka bertindak ceroboh, trial dan error sebab itulah remaja sering melakukan tindakan yang bisa disebut penyimpangan sosial.
Dewasa ini, jenis penyimpangan sosial yang sering dilakukan remaja adalah perilaku seks bebas. Perkembangan zaman  sepertinya sejalan dengan perkembangan tingkat remaja yang melakukan seks bebas. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercourse atau kinky-sex merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar, bukan saja oleh agama dan negara bahkan juga oleh filsafat.
Hanya sekedar untuk memenuhi tabiat aktualisasi diri yang berlebihan, ia rela mengorbankan moralitasnya untuk mendapatkan pujian dari kelompok referensinya. Di sinilah pentingnya pendidikan seks yang lebih transparan dan bertanggung jawab, untuk menghindari munculnya bentuk pembebasan seks bebas. Dalam hal ini ada faktor-faktor yang melatar belakanginya :
1.      Kurangnya bimbingan dari orangtua
2.      Pemilihan lingkungan yang tidak tepat
3.      Kurangnya pendidikan ilmu agama
4.      Partisipasi guru di sekolah
Seks bebas sudah dianggap biasa, padahal dengan melakukan seks bebas sudah merusak nilai-nilai sosial, pendidikan pengetahuan, kesehatan reproduksi memang sangat penting namun jangan sampai salah kaprah dalam penerapannya. Faktor resiko tertular HIV/AIDS pun bergeser dari kelompok jarum suntik ke kelompok perilaku seks bebas. Fakta tersebut diperoleh dari bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS yang disebabkan oleh perilaku seks bebas.
            Implikasi untuk memberikan solusi yang dipandang relevan antara lain :
1.      Keterbukaan dan transparansi dalam proses pendidikan seks  adalah penting. Bukan saja pendidikan seks yang disampaikan melalui sekolah, media massa, saluran komunikasi public dan lain-lain, tetapi yang paling penting pendidikan seks di dalam keluarga. Karena keluargalah agen sosialisasi yang pertama sebelum remaja melakukan sosialisasi dengan institusi lainnya.
2.     Kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas ; openness, empathy supportiveness, positiveness dan equality.
3.  Tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik, jika terpaksa, kritik harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.
4.     Latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya.
5.  Perlu disusun kurikulum pendidikan tingkat SLTP maypun SLTA yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan seks itu pada mata pelajaran biologi dan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar