Minggu, 25 Desember 2011

Individu, Keluarga dan Masyarakat (ISD - Bab 3)


ABG malang..., ABG sayang...

       ABG (Anak Baru Gede) adalah sebutan bagi remaja usia belasan tahun. Istilah kerennya sih teenager. Usia yang menurut para pakar psikologi berada di saat rawan karena penuh pemberontakan dan pencarian jati diri. Usia yang ibarat kembang yaitu sedang mekar-mekarnya, indah. Nah, keindahan inilah yang seringkali disalahgunakan untuk hal-hal yang nggak bener. Melacurkan diri adalah salah satunya.
          Melalui sejumlah wawancara dan investigasi, banyak di antara para ABG yang memutuskan dirinya melacur itu karena alasan ekonomi. Biaya sekolah yang mahal, harga buku yang tak murah serta kebutuhan hidup lainnya yang mendesak menjadi salah satu alasan yang dipilih untuk diberikan. Apalagi bila menjelang ujian yang jelas-jelas ada tagihan ini-itu dari pihak sekolah, walhasil jalanan jadi rame dipenuhi para ABG yang menjajakan diri.
          Di antara mereka ada yang melakukannya tanpa sepengetahuan keluarga, tapi tidak sedikit yang mendapat restu orangtua. Bahkan ada seorang ibu yang sengaja menyelipkan kondom ke tas sekolah anaknya bila mereka akan keluar rumah. Nadzhubillah.
          Kesulitan ekonomi bukan menjadi satu-satunya alasan para ABG jual diri. Tidak sedikit juga yang berasal dari kalangan atas bahkan ada anak pejabat terkenal yang sering muncul di TV nasional. Ketika diwawancarai, ia berkilah bahwa yang dilakukannya itu sebagai protes terhadap ayahnya yang jarang berada di rumah.
         Tergiur gaya hidup yang konsumtif biar nggak dianggap kuno sama teman-teman sebaya juga bisa menjadi faktor yang lain. Punya HP keluaran model terbaru, MP4 Player, tas dan baju keluaran butik terkenal, jalan-jalan ke mal, bisa membuat para ABG lupa daratan. Persaingan antar teman juga bisa dijadikan alasan. Wih..si A kemarin habis jalan bareng sama om-om keren, si B nggak mau kalah hari ini menggandeng eksekutif papan atas ibu kota. Habis dikecewakan dan dinodai mantan pacar juga disebut-sebut sebagai alasan favorit para ABG ini. Ya, seabreg alasan bisa diberikan kalau sekadar sebagai pembenaran untuk perbuatan yang nggak bener. Ckckck…
        Peran serta orangtua yang bekerjasama dengan para guru harus digalang. Orangtua tak bisa menimpakan pendidikan anak-anaknya melulu kepada pihak sekolah saja. Begitu juga sebaliknya. Kedua elemen ini harus bahu-membahu meningkatkan kepedulian terhadap para ABG ini. Kepedulian ini pun harus ada ujud nyatanya dengan melakukan pendekatan kepada individu-individu ABG.
       Akan lebih baik bila kedua elemen ini mengajak institusi keislaman yang jelas-jelas visi dan misinya mengerti masalah remaja. Tidak bisa dipungkiri usia orangtua dan guru yang termasuk ?angkatan lama’ mengalami kendala dalam memahami gejolak jiwa remaja. Para ABG ini butuh sosok yang memahami dunia mereka dan berjalan mengiringi proses kedewasaan mereka. Sehingga tak perlu ada sikap ketakutan tanpa dasar pada pihak orangtua atau guru bila ada sosok yang peduli dengan dunia remaja. Waspada memang perlu tapi hendaklah disertai dengan sikap bijak. Berkomunikasi dan ?sharing’ visi misi adalah langkah bijaksana daripada melarang tanpa alasan munculnya mereka yang berusaha peduli untuk menyelamatkan generasi ini.
       Permasalahan ini memang tak bisa diselesaikan secara individual saja. Tak akan cukup hanya melibatkan pihak orangtua, para guru dan pihak sekolah, serta orang-orang yang peduli dengan masa depan remaja, namun dibutuhkan lebih daripada itu. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengurus urusan rakyatnya harus juga peduli terhadap keselamatan moral dan akhlak generasi muda. Fakta di lapangan banyak berbicara bahwa maraknya pelacuran ABG melibatkan para oknum yang seharusnya melindungi tapi malah menarik untung dari transaksi haram ini.


Diperoleh dari :  http://www.gaulislam.com/ngintip-pelacuran-abg




Tidak ada komentar:

Posting Komentar