ABG malang..., ABG sayang...
ABG (Anak Baru Gede) adalah sebutan bagi remaja usia belasan tahun. Istilah kerennya sih teenager.
Usia yang menurut para pakar psikologi berada di saat rawan karena
penuh pemberontakan dan pencarian jati diri. Usia yang ibarat kembang
yaitu sedang mekar-mekarnya, indah. Nah, keindahan inilah yang
seringkali disalahgunakan untuk hal-hal yang nggak bener. Melacurkan
diri adalah salah satunya.
Melalui sejumlah wawancara dan investigasi, banyak di antara para ABG
yang memutuskan dirinya melacur itu karena alasan ekonomi. Biaya
sekolah yang mahal, harga buku yang tak murah serta kebutuhan hidup
lainnya yang mendesak menjadi salah satu alasan yang dipilih untuk
diberikan. Apalagi bila menjelang ujian yang jelas-jelas ada tagihan
ini-itu dari pihak sekolah, walhasil jalanan jadi rame dipenuhi para ABG
yang menjajakan diri.
Di antara mereka ada yang melakukannya tanpa sepengetahuan keluarga,
tapi tidak sedikit yang mendapat restu orangtua. Bahkan ada seorang ibu
yang sengaja menyelipkan kondom ke tas sekolah anaknya bila mereka akan
keluar rumah. Nadzhubillah.
Kesulitan ekonomi bukan menjadi satu-satunya alasan para ABG jual
diri. Tidak sedikit juga yang berasal dari kalangan atas bahkan ada anak
pejabat terkenal yang sering muncul di TV nasional. Ketika
diwawancarai, ia berkilah bahwa yang dilakukannya itu sebagai protes
terhadap ayahnya yang jarang berada di rumah.
Tergiur gaya hidup yang konsumtif biar nggak dianggap kuno sama
teman-teman sebaya juga bisa menjadi faktor yang lain. Punya HP keluaran
model terbaru, MP4 Player, tas dan baju keluaran butik terkenal,
jalan-jalan ke mal, bisa membuat para ABG lupa daratan. Persaingan antar
teman juga bisa dijadikan alasan. Wih..si A kemarin habis jalan bareng
sama om-om keren, si B nggak mau kalah hari ini menggandeng eksekutif
papan atas ibu kota. Habis dikecewakan dan dinodai mantan pacar juga
disebut-sebut sebagai alasan favorit para ABG ini. Ya, seabreg alasan
bisa diberikan kalau sekadar sebagai pembenaran untuk perbuatan yang
nggak bener. Ckckck…
Peran serta orangtua yang bekerjasama dengan para guru harus
digalang. Orangtua tak bisa menimpakan pendidikan anak-anaknya melulu
kepada pihak sekolah saja. Begitu juga sebaliknya. Kedua elemen ini
harus bahu-membahu meningkatkan kepedulian terhadap para ABG ini.
Kepedulian ini pun harus ada ujud nyatanya dengan melakukan pendekatan
kepada individu-individu ABG.
Akan lebih baik bila kedua elemen ini mengajak institusi keislaman
yang jelas-jelas visi dan misinya mengerti masalah remaja. Tidak bisa
dipungkiri usia orangtua dan guru yang termasuk ?angkatan lama’
mengalami kendala dalam memahami gejolak jiwa remaja. Para ABG ini butuh
sosok yang memahami dunia mereka dan berjalan mengiringi proses
kedewasaan mereka. Sehingga tak perlu ada sikap ketakutan tanpa dasar
pada pihak orangtua atau guru bila ada sosok yang peduli dengan dunia
remaja. Waspada memang perlu tapi hendaklah disertai dengan sikap bijak.
Berkomunikasi dan ?sharing’ visi misi adalah langkah bijaksana daripada
melarang tanpa alasan munculnya mereka yang berusaha peduli untuk
menyelamatkan generasi ini.
Permasalahan ini memang tak bisa diselesaikan secara individual saja.
Tak akan cukup hanya melibatkan pihak orangtua, para guru dan pihak
sekolah, serta orang-orang yang peduli dengan masa depan remaja, namun
dibutuhkan lebih daripada itu. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan
pengurus urusan rakyatnya harus juga peduli terhadap keselamatan moral
dan akhlak generasi muda. Fakta di lapangan banyak berbicara bahwa
maraknya pelacuran ABG melibatkan para oknum yang seharusnya melindungi
tapi malah menarik untung dari transaksi haram ini.
Diperoleh dari : http://www.gaulislam.com/ngintip-pelacuran-abg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar