Manfaatkan teknologi untuk atasi kemiskinan

Pemanfaatan hasil riset iptek nuklir di
bidang pangan, untuk pertama kalinya dikenalkan di Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat. Hasil panen yang melimpah pada November 2011 lalu
membuat petani padi di daerah tersebut ketagihan untuk mencoba lagi di
musim tanam berikutnya.
Dengan mengacu pada selera makan masyarakat
Kalbar yang menyukai beras pera, kini Pusat Diseminasi Iptek Nuklir
BATAN memberikan bantuan benih varietas Kahayan. Bantuan benih
seluruhnya sebesar 1 ton. Benih tersebut meliputi varietas Kahayan dan
Mira1. Varietas Kayahan diberikan hanya beberapa kilo saja karena akan
digunakan untuk penangkaran.
Bertempat di Cytrus Center, kecamatan Tebas,
kabupaten Sambas pada Kamis, 1 Desember 2011 diselenggarakan sosialisasi
iptek nuklir bidang pertanian dan peternakan. Hadir 40 peserta terdiri
dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, para penyuluh pertanian.
Kepala Badan Ketahanan Pangan, Penyuluh Pertanian
Perikanan dan Kehutanan Tamhir Yani, SP memaparkan bahwa salah satu cara
mengatasi kemiskinan adalah dengan melakukan terobosan lewat teknologi.
Menurutnya lagi, petani harus berubah, melalui kerja keras dan
diimbangi dengan kerja cerdas. Dalam hal ini memanfaatkan ilmu dan
teknologi.
Selanjutnya Tamhir mengatakan, “Nyebutnya sih
Negara pertanian, tapi kok beras impor dari luar negeri”. Untuk itu
Tamhir mengajak para petani untuk lebih focus kepada varietas yang sudah
tersedia di negeri sendiri.

Peneliti pertanian BATAN Dr. Sobrizal, selain
memperkenalkan BATAN juga menyampaikan pengalaman tentang hasil riset
pertanian di tempat kerjanya. Dikatakan bahwa sampai saat ini BATAN
masih terus melakukan penelitian untuk meningkatkan produksi pertanian,
mengingat area lahan pertanian yang semakin menyempit. Oleh karena itu
perlu dilakukan terobosan baru melalui teknologi dalam mengatasi
kebutuhan pangan seiiring dengan laju pertumbuhan penduduk.
Dikatakan Sobrizal bahwa nuklir juga merupakan
bagian dari alam ciptaan Tuhan dan dapat dimanfaatkan manusia untuk
mengatasi kehidupannya.
Peneliti kedelai, Hary Ismulyana menyampaikan bahwa
kedelai varietas Mutiara yang ditelitinya mempunyai kelebihan pada
ukuran bijinya yang besar. Untuk berat 100 butirnya bisa mencapai 25,3
gram, sedangkan umumnya kedelai hanya 17 gram.
Kepala UPT Sambas, Anshari, S.Pt. juga menyampaikan
bahwa petani sebaiknya tidak bergantung pada penggunaan pupuk kimia
untuk pengelolaan lahan pertanian. Pemberian pupuk organik (hasil dari
kotoran ternak) secara teratur dan berkelanjutan, dapat memperbaiki
struktur dan kesuburan lahan.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak, Dr. Sutarman mengharapkan bahwa pihaknya bisa membuat
jaringan dengan pihak BATAN untuk lebih meningkatkan pertanian dan
peternakan di Kalbar. Utamanya dengan memanfaatkan bahan lokal yang ada
dengan formula yang sudah melalui serangkaian penelitian di
laboratorium.
Diperoleh dari : http://www.batan.go.id/view_news.php?id_berita=1489&db_tbl=Berita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar